BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fotokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari interaksi
antara atom,molekul kecil, dan cahaya (atau radiasi elektromagnetik). Sebagaimana disiplin ilmu
lainnya, fotokimia menggunakan sistem satuan SI atau metrik. Unit dan konstantayang sering dipergunakan antara lain
adalah meter, detik, hertz, joule, mol,konstanta gas R, serta konstanta Boltzmann. Semua unit dan konstanta ini juga
merupakan bagian dari bidang kimia fisik.(Anonim.2012)
Dalam
hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan
oksigen. Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan
warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks
melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi
dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak
lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya
karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari
satu. Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus
disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat
dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu
perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk
menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu
proses serah terima elektron antara dua system redoks (Anonim.2012).
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana cara untuk mengetahui pengaruh
cahaya terhadap prosese reduksi garam besi (III) oksalat?
C.
Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
proses reduksi garam besi (III) oksalat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fotokimia dari ilmu kimia yang mempelajari
interaksi antara atom, molekul kecil, dan cahaya (atau radiasi
elektromagnetik). Sebagaimana disiplin ilmu lainnya, fotokimia menggunakan
sistem satuan SI atau metrik. Unit dan konstanta yang sering dipegunakan antara
lain adalah meter, detik, herzt, jaoule, mol, konstanta gas R, serta konstanta
Baltzmann (Anonim, 2012).
Banyak reaksi dapat didefinisikan dengan
absorpsi sinar, yang paling penting adalah proses fotokimia yang menagkap
energi pancaran matahari. Beberapa reaksi ini menyebabkan pemanasan atmosfer
pada siang hari, karena absorpsi dalam daerah ultra ungu. Reaksi lainnya ,
meliputi absorpsi sinar merah dan biru olrh klorofil dan penggunaan berikutnya
dari energi, untuk menghasilkan sintesis karbohidrat dari karbon dioksida dan
air. Tanpa fotokimia, dunia ini hanya akan merupakan batuan steril yang hangat
(Atkins, 1997 : 372).
Besi adalah logam yang berasal dari bijih
besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam
tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Besi adalah logam yang
paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal,
diantaranya:
- Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
- Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
- Besi mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan dan mudah dimodifikasi (Anonim,2012).
Dimulai dengan unsur ini, tidak terdapat
tingkat oksidasi yang sama dengan jumlah total elektron valensi, yang dalam
kasus ini adalah 8. Tingkat oksidasi tertinggi adala VI dan jarang dijumpai.
Bahkan tingkat oksidasi tri valensi yang menonjol pentingnya pada kromium,
sekarang turun menjadi tingkat divalensi (Cotton, 1989 : 462).
Besi murni cukup reaktif
dalam udara lembab cepat teroksidasi memberikan besi (III) oksidasi hidrat
(karat) yang tidak sanggup melindungi karena zat ini hancur dan membiarkan
permukaan logam yang baru terbuka. Besi yang sangat halus bersifat pirofor
(Cotton, 1989 : 462).
Fe2+ + H2 Fe + 2H+
Fe2+ + 2Cl- + H2 Fe + 2HCL
Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi (III) dan belerang dioksida :
2Fe3+ + 3SO2 + 6H2O 2Fe + 3H2SO4 + 6H+
Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi (II) dan amonia :
4Fe2+ + NH4+ + 3H2O 4Fe + 10H+ + NO3-
Asam nitrat pekat, dingin, membuat besi menjadi pasif ; dalam keadaan ini dia tidak bereaksi dengan asam nitrat encer dan tak pula mendesak tembaga dari larutan air suatu garam tembaga. Asam nitrat 1 + 1 atau asam nitrat pekat yang panas melarutkan besi dengan membentuk gas nitrogen oksida dan ion besi (III)
Fe3+ + NO + 2H2O Fe + HNO3 + 3H+
(Svehla, 1990 : 256).
Fe4[Fe(CN)6]3 4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4-
Endapan tak larut dalam asam encer, tetapi terurai dalam asam encer, tetapi terurai dalam asam klorida pekat. Reagensia yang sangat berlebihan melarutkannya sebagian atau seluruhnya. Pada mana diperoleh larutan yang berwarna biru tua (Svehla, 1990 : 262).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Waktu
dan Tempat
Hari/Tanggal :
Kamis, 12 April 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.
Waktu : Pukul 13.00 – 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.
B.
Alat
dan Bahan
1.
Alat – Alat
Adapun alat –
alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.
Gelas Piala
b.
Gelas ukur
c.
Pipet Volum 10
ml
d.
Pipet tetes 5
ml
e.
Kaca preparat 8
buah
f.
Botol semprot 1
buah
g.
Bulp 1 buah
h.
Lidi
2.
Bahan- Bahan
Adapun bahan-
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
a.
Asam Klorida
(HCl) 0,1 M
b.
Asam Oksalat (H2C2O4)
0,2 M
c.
Aquadest (H2O)
d.
Besi (III)
Klorida (FeCl3)
e.
Diamonium
Fosfat (NH4) 2HPO4 0,2 M
f.
Kalium Bikromat
(KHCr2O7) 0,03 M
g.
Kalium Ferri
Sianat (K3Fe(CN)6 0,1 M
h.
Kertas Saring
i.
Kertas Kalkir
j.
Tinta Cina
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Mencampurkan 10 mL Asam oksalat (H2C2O4) 0,2 M dengan 5 mL Diamonium hidrogen fosfat (NH4)
2HPO4 0,2 M dalam
gelas piala 300 mL.
2.
Menyimpan gelas piala tersebut di dalam kamar
gelap atau lemari yang agak gelap
3.
Menambahkan 10 mL Besi (III) klorida (FeCl3)
0,2 M ke dalam campuran di atas lalu aduk hingga reaksi sempurna. Penambahan
dilakukan di dalam kamar gelap. Larutan ini mengandung besi (III) oksalat (Fe2(C2O4)3)
4.
Menyiapkan 4 helai kertas HVs/ karton putih dan
mencelupkan kertas tersebut ke dalam larutan pekat besi (III) oksalat,
mengusahakan agar seluruh permukaan kertas basah dengan larutan. Langkah ini
juga dilakukan didalam kamar gelap.
5.
Masih dikamar gelap, mengeluarkan kertas yang
basah tadi dan meletakkan satu persatu diantara dua buah kertas saring, agar
kering. Membiarkan sekitar 15-20 menit. Jika menginginkan hasil cetakan yang
tajam, kertas harus dikeringkan semalam dalam kamar gelap agar cetakan tak
mengembang.
6.
Setelah kertas kering, digunakan sebagai kertas
peka cahaya.
7.
Membuat dari rumah suatu negative pada kertas
karkir yang ukurannya sama dengan kertas peka, dengan menuliskan pesan menggunakan
tinta cina atau rugos.
8.
Meletakkan negatif di atas lagi dengan jepitan
jemuran atau selotip. Setelah itu melatakkan dibawah sinar matahari atau cahaya
biasa.
9.
Waktu penyinaran untuk cetakan normal adalah
4-5 menit dengan sinar matahari langsung dan waktu mencetak tidak memegang
keping kaca tetapi meletakkan di atas tempat datar.
10. Setelah itu
mencelupkan kertaspeka ke dalam larutan Kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6
) 0,1 M dalam gelas piala 300 mL, mengusahakan seluruh permukaan kertas
tercelup.
11. Mengeluarkan
kertas dan mencelup lagi dalam larutan Kalium bikromat (K2HCr2O7)
0,03 M
12. Mencuci kertas
dengan larutan asam klorida ( HCl) 0,1 M kemudian dengan aquadest (H2O).
Menggunakan kertas peka lainnya untuk obyek yang sama tetapi waktu penyinaran
yang berbeda. Membandingkan hasilnya.
13. Menyerahkan
hasil berupa kertas nama dan nomor pokok.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
1.
Table
Pengamatan
Waktu
Penyinaran (Menit)
|
Hasil
|
5
|
(+)
Positif
|
10
|
(+)
Positif
|
15
|
(+)
Positif
|
20
|
(+)
Positif
|
2.
Warna
Larutan
a.
Asam oksalat (H2C2O4)
= tak berwarna
b.
Asam klorida (HCl) = tak berwarna
c.
Besi (III) klorida (FeCl3)
=kuning
d.
Diamonium hidrogen fosfat (NH4)2HPO4
= tak berwarna
e.
Kalium bikromat (KHCr2O7)
= kuning
f.
Kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6)
= kuning
B.
Reaksi
C.
Pembahasan
Pada percobaan
ini, hal pertama yang dilakukan yaitu pertama-tama dibuat larutan campuran
antara 50 mL larutan ion besi (III) klorida dengan 10 mL larutan diamonium
hidrofosfat dalam gelas beker 400 mL. Pencampuran ini dilakukan di ruang gelap.
Hal ini dilakukan untuk memperlambat reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+
yang berlangsung sangat cepat oleh pengaruh cahaya, juga memperlambat reaksi
reduksi Fe3+ menjadi Fe2+.akibat adanya penambahan asam
oksalat pada tahap berikutnya. Reaksi ini terjadi secara spontan, sebab ion
besi lebih suka menetap dalam bentuk Fe3+ dan membentuk ikatan yang
sangat stabil dengan ion PO43-, sehingga ion besi (III)
dalam struktur tersebut memiliki energi yang lebih rendah. Maka untuk melakukan
reaksi selanjutnya dibutuhkan energi yang besar. Itulah mengapa fungsi
penambahan (NH4)2HPO4 dapat memperlambat reaksi asam oksalat dengan Fe3+.
Perlakuan
selanjutnya yaitu menyiapkan dua jenis kertas yaitu kertas HVS atau kertasa
karton yang digunakan sebagai kertas peka cahaya dan kertas kalkir yang
berfungsi sebagai film negatif dan diberi tulisan atau gambar sebagai bahan
yang akan dicetak menggunakan tinta cina, adapun penggunaan tinta cina karena
tinta cina memiliki partikel yang sangat rapat sehingga cahaya tidak mudah
tembus.
Kertas HVS atau
kertas karton direndam dalam larutan asam oksalat (H2C2O4),
yang terjadi reaksi redoks mengubah larutan dari bening menjadi kuning. Besi
(III) yang akan direduksi berasal dari larutan FeCl3 (besi (III)
klorida). Larutan ini kemudian dicampur dengan larutan diamonium hidrofosfat
(NH4)2HPO4 dan disimpan dalam ruang gelap agar tidak
terjadi oksidasi. Fungsi penambahan diamonium hidrofosfat (NH4)2HPO4
ini adalah untuk memperlambat reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ karena larutan
ini sangat mudah teroksidasi dengan cahaya. Reaksi yang terjadi, yaitu:
FeCl3
+ (NH4)2HPO4 → FePO4
+ HCl + 2NH4Cl
Perlakuan
selanjutnya, kertas HVS atau kertas karton yang direndam, proses perndaman
dilakukan dalam ruangan yang gelap juga. Kemudian di diamkan beberapa menit
untuk memaksimalkan penyerapan kertas terhadap larutan, dan dikeringkan dengan
cara menaruh kertas HVS di atas kertas saring, hal ini dilakukan agar
mempermudah penyerapan karena kertas saring memiliki pori-pori yang lebih besar
dari pada kertas HVS. Setelah pengeringan kertas kalkir yang telah berisi
tulisan dirangkai dengan kertas peka yang kemudian keduanya dijepit oleh dua
buah kaca obyek. Penjepitan dilakukan agar proses pemindahan obyek dapat
berlangsung dengan baik. Selanjutnya dilakukan penyinaran yang akan mempercepat
proses reaksi redoks yang sebelumnya dihambat, dimana dilakukan variasi
penyinaran, sesuai dengan tujuan yang ingin dilihat, bagaimana pengaruh
penyinaran terhadap proses cuci cetak biru. Setelah dilakukan penyinaran.
Kertas dicelup dengan larutan kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6),
kalium bikromat (K2HCr2O7) dan asam klorida
(HCl) serta aquadest (H2O) secara berurutan. Tujuan dari pencelupan
pada kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6 ) dan kalium bikromat
(K2HCr2O7) berfungsi untuk memperjelas besi
(III) yang tereduksi dan yang tidak tereduksi, adapun Asam klorida (HCl),
berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kertas yang mengganggu
peoses percetakan dan yang terakhir aquadest yang berfungsi membentuk kompleks
dengan besi (III) dengan molekul air sebagai ligannya. Perlakuan terakhir
dengan melakukan pengeringan yang bertujuan agar hasil cetakan terlihat jelas. Hasil
dari percobaan yang dilakukan mulai dari 5 menit, 10 menit, 15 menit maupun 20
menit. Kemudian kertas kalkir tersebut dilepas dari kaca preparat selanjutnya
celupkan dalam larutan K3Fe(CN)6 lalu dicelupkan lagi
dalam larutan K2Cr2O7 lalu di celupkan pada
larutan HCl dan terakhir dibilas pada Aquadest. Hasil yang di peroleh dari
penyinaran semuanya terlihat gambar. Walaupun tidak sama persis hasilnya,
dimana pada penyinaran 5 menit hasil yang terlihat sangat jelas, kemudian pada
penyinaran 10 menit gambarnya masih jelas tapi tak sejelas pada saat penyinaran
5 menit. Pada penyinaran 15 menit dan 20 menit hasil yang terlihat semakin
buram.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan di atas dapat disimpulkan
bahwa lama penyinaran berpengaruh pada proses reduksi garam besi (III).
B.
Saran
Adapun saran
untuk praktikum ini sebaiknya melakukan penyinaran dengan variasi waktu lebih
besar seperti 10, 20, 30 dan 40 menit.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
“Besi” .2012. Wikipedia the free Encyclopedia. http ://id.wikipedia.org/ wiki/Besi(15
April 2012)
Anonim.”Fotokimia”.2012. Wikipedia the free
Encyclopedia http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/fotokimia-reduksi-ion-besi-iii.html.(15
April 2012)
Anonim.
“Pengertian Oksidasi dan Reduksi”.2012. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/oksidasi_dan_reduksi/pengertian_oksidasi_dan_reduksi_redoks/(16
April 2012)
Cotton. F dan Wilkinson. Kimia Anorganik
Dasar. Jakarta: UI Press. 1989.
Sugiyarto,
Kristian Handoyo. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta. 2001.
Svehla, G. Analitik Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Havery Indah. 1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar